Friday, January 25, 2008

Menyambut HARLAH NU ke-28

Kemana Kaum Muda NU Dibawa?

Diakui ataupun tidak, syahwat politik elit NU dari waktu ke waktu tidak pernah bisa dibendung. Meski NU telah mendaklarasikan diri kembali ke Khittah 1926 saat Muktamar di Situbondo, namun secara personal elit NU tidak bisa dipisahkan begitu saja dari kentalnya nuansa politik.
Sejarah membuktikan, mulai zaman kemerdekaan NU selalu ambil bagian dalam perhelatan politik. Mulai dari terbentuknya Partai Nahdlatul Ulama’, peleburan menjadi Partai Persatuan Pembangunan, hingga reformasi bergulir yang kemudian melahirkan Partai Kebangkitan Bangsa. Para ulama’ NU selalu mewarnai setiap kali digelarnya momen-momen demokrasi. Pasca itu, bermunculan pulalah parpol-parpol yang berlabel Nahdlatul Ulama atau menggunakan simbol-simbol NU untuk sekedar menjaring suara para nahdliyin yang diakui sangat berpengaruh dalam iklim politik di Indonesia. Bahkan KH Hasyim Muzady, Ketua Umum PBNU pernah menyatakan, dalam lima tahun paling tidak ada lima momen yang membuat warga NU memiliki pandangan berbeda dengan warga NU lainnya. Dimulai dari Pemilihan Kepala Desa, Pemilihan Bupati dan Walikota, Pemilihan Gubernur, Pemilihan Presiden dan Pemilihan Anggota DPRD dan DPR RI serta Anggota DPD. Pernyataan yang disampaikan KH Hasyim Muzady paling tidak menjadi tolok ukur bahwa memang syahwat stake holder NU di tingkat bawah hingga atas, selalu terlibat dengan kepentingan politik kekuasaan.
Di penjuru nusantara manapun, elit-elit NU selalu terlibat dengan kepentingan-kepentingan politis. Meski tidak terlibat langsung, paling tidak menjadi vote gatherer bagi faksi-faksi politik tertentu yang semuanya berdalih demi kepentingan nahdliyin. Bicara tentang politik, selalu berbicara tentang kekuasaan dan uang. Apalagi di negeri kita ini, pengartian politik sangat melekat dengan kekuasaan dan kekayaan. Setiap orang yang terlibat dengan politik hampir dipastikan selalu berduit. Atau paling tidak harus bersiap-siap memiliki duit.
Kita bisa lihat, di hampir semua kabupaten dan kota khususnya di Jawa Timur, setiap calon bupati ataupun gubernur yang akan maju, selalu minta restu dan mendatangi kantong-kantong NU. Selalu mendatangi elit-elit politik NU di tingkat lokal. Sehingga bukan hal yang baru ketika seorang bakal calon bupati atau walikota, selalu menjalin komunikasi dengan Pengurus-pengurus Cabang Nahdlatul Ulama guna meminta restu.
Namun sejarah selalu terulang, di berbagai peristiwa politik, massa NU yang sedemikian besar hanya dimanfaatkan untuk perebutan kekuasaan semata. Sementara untuk mengisinya, tidak semua kader NU bisa melakukannya. NU selalu mengalami krisis kader, khususnya kader-kader profesional.
Dalam Konferensi Wilayah NU Jawa Timur yang digelar di Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo beberapa waktu lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika Prof. Muhammad Nuh, DEA sempat mengritik NU yang selama ini hanya berfungsi sebagai tempat persewaan alat-alat pesta. Setiap kali pesta demokrasi digelar, NU selalu didatangi semua kepentingan politik. Di situ, elit-elit NU digandeng dan diberi janji-janji seperti biasanya. Namun setelah pesta tersebut selesai, “alat-alat” yang sudah disewa kemudian dikembalikan lagi. Sang penyewa bisa leluasa menikmati kemenangan meski tanpa menggunakan alat-alat pesta yang sudah dikembalikan. Sebaliknya, pemilik persewaan alat-alat pesta tetap saja menjadi pemilik alat-alat pesta, bukan pemilik kekuasaan dan kebijakan.
Bahkan dalam sambutannya, KH. Hasyim Muzady waktu itu meminta semua warga NU termasuk kalangan elitnya, untuk membenahi terlebih dulu internal NU. Jika persoalan internal sudah selesai dan warga NU benar-benar kuat, maka ketika “tetangga” beruluk “salam”, tidak ada salahnya menjawab “wa’alaikum salam”.
Dari pernyataan ini saja sudah jelas, bahwa NU tidak akan pernah terpisah dengan perhelatan politik di negeri ini.
Nah, sekarang persoalannya, krisis kader profesional di internal NU yang selama ini tidak pernah menjadi perhatian. Kader-kader di NU bisa dibagi dalam beberapa macam. Kader pertama dan yang paling banyak adalah kader politisi yang memang dibesarkan di NU, pandai menggalang massa, memiliki kemampuan komunikasi massa yang baik, dan umumnya berasal dari “darah biru” NU. Para kader seperti ini pelan tapi pasti bakal menapak ke jenjang politik berlatar belakang NU. Ada juga kader politik yang tidak pernah ngurusi NU namun tiba-tiba muncul karena memiliki ikatan keluarga dengan pengurus NU atau ulama NU. Jelas kepentingannya ke depan adalah berkarir di dunia politik. Kategori kader selanjutnya adalah para anak-anak muda NU yang sejak awal benar-benar memiliki perhatian di NU bahkan aktif di kepengurusan NU. Namun karena satu dan lain hal akhirnya tidak bisa meneruskan “karirnya” di NU. Kader ini memilih untuk mencari bidang lain yang tidak banyak diisi warga NU. Umumnya di bidang profesional.
Ada juga kader yangmemang sejak lahir berasal dari keluarga NU, dibesarkan di keluarga NU, namun tidak memiliki bakat menjadi politisi NU. Akhirnya menjadi birokrat, teknokrat dan profesional. Ketika memulai karir tidak banyak yang dia lakukan terhadap NU. Apalagi yang dilakukan para elit NU untuk mendorong karirnya. Namun ketika karirnya sudah membumbung, beramai-ramai pengurus NU mengklaim bahwa kader tersebut murni berangkat dari NU dan didukung oleh elit-elit NU.
Banyak diantara para birokrat, teknokrat, akademis bahkan politisi yang sudah jadi dan berlatar belakang NU merasa tidak dibesarkan oleh NU. Pengurus-pengurus NU lebih ngopeni kader-kader politik daripada kader profesional. Akibatnya, ketika NU membutuhkan kader-kader profesional, bisa dihitung dengan jari jumlahnya. Bahkan yang bukan kader NU akhirnya ikut-ikutan ngaku orang NU.
Melihat begitu ‘nyamannya’ para bapak-bapak elit NU mulai dari pengurus cabang hingga pusat berdekatan dengan politik. Tidak heran apabila kemudian anak-anak NU mengambil sikap yang sama. Mulai berkenalan dengan dunia aktifis, berdekatan dengan dunia kekuasaan dengan cara apapun. Di hampir setiap perhelatan pergantian kepengurusan organisasi kepemudaan yang berbau NU, seperti IPNU, IPPNU, PMII dan yang sejenisnya, nuansa politis untuk merebut kekuasaan untuk dijadikan batu loncatan ke jenjang politik yang labih tinggi, sangat terasa. Bahkan, para anak muda NU sudah mulai memahami dan menerapkan tentang money politik. Sosok yang memiliki uang dan sarana yang banyak, tentu bakal mendapat dukungan yang kuat pula. Mereka mulai belajar bagaimana cara berhitung politik, mengakomodasi kepentingan-kepentingan lawan untuk dijadikan sekutu, membeli suara dan memberikan janji-janji seperti layaknya politisi senayan beraksi di daerah-daerah. Mereka tidak sadar bahwa degradasi moral kini sedang berlangsung di tubuh generasi muda NU.
Sudah 82 tahun sejak NU didirikan oleh KH Hasyijm Asy’ari, artinya usia NU bukan lagi muda atau dewasa. Namun seharusnya NU menjadi organisasi kemasyarakatan yang matang dan bisa menaungi semua warga nahdliyin.
Sekarang, saatnya NU kengukuhkan kembali Khittah 1926 kepada semua pengurus NU dan badan-badan otonomnya. NU juga harus memiliki sistem pengaderan yang jelas dan benar-benar diperhatikan. Mana bagian yang mengurusi kemasyarakatan, keagamaan, sosial dan lain-lain. Jika memang membutuhkan kader untuk bidang politik, harus diberi batasan yang jelas dengan kepentingan NU. Jangan sampai kepentingan tersebut dicampur-adukkan sehingga warga NU kembali akan dibawa pada kebingungan dan kegalauan politik. Jika persoalan pengaderan ini sudah beres, maka NU tidak akan lagi bingung ketika mencari kader-kader yang potensial. Dengan demikian, distribusi kader dan kepentingan warga NU yang lebih luas, bisa dilakukan dengan sangat efektif.
KH Abdul Muchith Muzady, Suriyah PBNU sering kali mengatakan di berbagai forum, menjadi anggota NU harus diniati bukan untuk mencari kekuasaan atau materi dan ketenaran. Bukan pula untuk memperbaiki NU ataupun elit-elit NU. Menjadi anggota NU niatnya hanya satu, untuk memperbaiki moral dan akhlak diri sendiri sebagaimana yang diajarkan ahlusunnah wal jamaah. (DawudGresika Pengurus Lajnah Ta’lif wan Nasyr NU Cabang Jember Jawa Timur, mantan Pengurus Wilayah IPNU Jawa Timur)

Terms in Radio Journalism

Here are some common terms in radio journalism used throughout the newswriting for radio and their definitions:

actuality
recorded segment of a newsmaker speaking, generally lasting from 10 to 20 seconds; this is what people outside of radio journalism often call a "sound bite"

clock
schedule of a broadcast hour, with precise time in minutes and seconds allotted for the various programming segments; for example, a clock might begin "00:00-01:30 -- news," "01:30-02:30 -- spots," and so forth; often represented as a pie chart resembling an analog clock

cut
tape containing the recording of a voicer, wrap, actuality or nat sound; networks feed cuts to affiliates via satellite

hourly
network newscast beginning at the top of the hour; the cast generally contains a commercial break at two and a half or three minutes past the hour and resumes a minute or a minute and a half later; most hourlies conclude at five minutes past the hour

IQ
"in cue" -- the first words recorded on a cut

lead
first sentence of a news story, which should concisely reveal the story's basic events and provide an introduction to the details given in the rest of the story

live shot
report introduced by an anchor that has not been recorded but is read live by another journalist, often at a news scene

lockout
final words of a report spoken by a journalist in which the journalist's name and station call letters or frequency are given, such as " M. Dawud, Prosalina FM"; often a location is given as well: "Dari Jember, M. Dawud, Prosalina FM"

MOS
abbreviation for "Man On the Street" interviews; that is, interviews of passers-by chosen at random in a public place and asked their opinions of events or people in the news

nat or natural or raw sound
"raw sound" is recorded sound that is not of a newsmaker speaking, such as the sound of an airplane landing or a marching band playing or a crowd cheering; sometimes known as "natural sound" or "nat sound," especially when the source of the sound is from nature, such as frogs croaking or geese honking

OQ
"out cue" -- the last words recorded on a cut

reader
script of a news story in which no actualities are to be played; this script is read live on the air by the anchor; the recording of a reader by a reporter is called a "voicer"

script
written-out version of a news story, the text of which is read on the air; a newscast is made up of a collection of scripts read by an anchor

slug
title of a script; used for reference purposes; wire-service stories are each given one

sounder
recorded tune used to introduce segments of the broadcast, such as at the beginning of a traffic report or sports; the networks use sounders at the beginning of the hourlies

spot
recorded commercial advertisement

tease
brief phrase spoken by the anchor immediately before playing a spot or going to traffic (or some other interruption of the newscast) to tell the listener about a story coming up later; the tease should intrigue the listener without either misrepresenting the story or revealing it entirely

voicer
recorded report containing only the journalist's voice -- there is no actuality; can be understood as a recorded reader

wrap
recorded report in which a journalist's voice occurs at the beginning and end, and an actuality is played in between; the report is "wrapped around" the actuality

Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan

Isu perburuhan dinilai kurang mendapatkan perhatian, utamanya dari media. Padahal, jika tak muncul ke permukaan melalui pemberitaan media, isu-isu semacam ini kerap diabaikan. Peliputan media yang menyangkut isu perburuhan sangat berharga untuk mengetuk kesadaran pengusaha dan penentu kebijakan agar lebih memperhatikan kepentingan mereka. Oleh karena itulah, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), American Centre for International Labour Solidarity (ACILS) dan Friedrich Ebert Stiftung (FES) menyelengarakan "Penghargaan Jurnalistik untuk Liputan Isu Perburuhan"

PERSYARATAN
1. Lomba ini terbuka bagi setiap orang yang berprofesi sebagai jurnalis di media cetak, online, radio dan televisi.
2. Materi yang dilombakan berbentuk reportase/feature/ berita analisis
3. Materi telah dipublikasikan di media cetak, media online, radio dan televisi, pada Januari 2007 hingga Januari 2008
4. Setiap peserta bisa mengirimkan maksimal dua (2) karya untuk dilombakan
5. Materi dikirim dalam bentuk:
a. Cetak dan online - Fotokopi atau kliping naskah
b. Radio - Script naskah dan materi audio dalam format CD
c. Televisi - Script naskah dan materi audio visual dalam format DVD
6. Materi paling lambat diterima oleh Sekretariat AJI pada 5 Februari 2008.
7. Pengiriman materi disertai fotokopi kartu pers

PENILAIAN
Unsur-unsur yang dinilai: pemilihan tema, perspektif, dan kedalaman serta gaya tulisan

DEWAN JURI
Wartawan senior media cetak, radio, televisi, serta perwakilan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), American Centre for International Labour Solidarity (ACILS) dan Friedrich Ebert Stiftung (FES), dan International Labour Organization di Jakarta

HADIAH
Hadiah akan diberikan untuk pemenang masing-masing kategori (cetak, radio, dan televisi) :

1. Pemenang I akan mendapatkan Rp 6.500.000
2. Pemenang II akan mendapatkan Rp 4.500.000
3. Pemenang III akan mendapatkan Rp 3.500.000

PENGUMUMAN DAN PENERIMAAN HADIAH
Keputusan Dewan Juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Pengumuman dan penerimaan hadiah akan diselenggarakan pada bulan Maret 2008.

PENGIRIMAN NASKAH
Materi dikirimkan melalui pos atau kurir ke Sekretariat AJI Jl. Kembang Raya No. 6 Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10420. Telp. 021-3151214 Faks. 021-3151261 atau melalui e-mail ke sekretariat@ajiindonesia.org, atau sekretariatnya_ aji@yahoo.com
Informasi lebih lanjut, hubungi: Judith [judithkristi@ yahoo.co. id] HP 0813-19100993

Friday, January 18, 2008

Sejarah Tahun Hijriyah

Dalam Kitab Tarikh Umam wal Muluk yang ditulis oleh Muhammad bin Jarir At Thobari, yang dikenal dengan nama Tarikh Thobari, sejarah tahun hijriyah disebutkan sebagai berikut:
Selepas Rasulullah wafat, kepemimpinan Islam yang berpusat di kota Madinah dilanjutkan oleh 4 sahabat Nabi Muhammad yang disebut Khulafaur Rasyidin. Khalifah pertama yang menjabat adalah sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. Sahabat Abu Bakar menjadi khalifah selama 2 tahun. Setelah Abu Bakar wafat, kekhalifahan dilanjutkan oleh sahabat Umar bin Khaththab hingga selama 10 tahun lamanya.
Pada waktu khalifah Umar bin Khaththab menjadi kepala Negara di Madinah, kekuasaan Islam meluas bukan hanya di Madinah dan Makkah. Mesir, Irak atau Mesopotamia, Yaman, Bahrain, Persia atau Iran, Palestina, Syiria hingga Turki. Kedelapan wilayah itu sebelumnya masuk kekuasaan Kerajaan Romawi. Negara-negara seperti Kufah, Baghdad, Basrah di Irak, masuk wilayah negara Persia.
Selama Umar bin Khaththab menjadi khalifah, kemudian mengangkat beberapa Gubernur. Diantaranya sahabat Muawiyyah diangkat menjadi Gubernur di Syiria, termasuk wilayahnya adalah Yordania. Sahabat Amr bin Ash diangkat menjadi Gubernur Mesir. Sahabat Musa Al Asy’ari diangkat menjadi Gubernur Kufah. Sahabat Mu’adz bin Jabal diangkat menjadi Gubernur Yaman. Dan sahabat Abu Hurairah diangkat menjadi Gubernur Bahrain .
Memasuki tahun kelima Umar bin Khaththab menjadi khalifah, beliau mendapat surat dari sahabat Musa Al Asy’ari yang menjadi Gubernur Kufah. Dalam suratnya Musa Al Asy’ari mengatakan, “ Sesungguhnya telah sampai kepadaku dari kamu beberapa surat-surat, tetapi surat-surat itu tidak ada tanggalnya”.
Kemudian Kholifah Umar bin Khaththab mengumpulkan para tokoh dan sahabat-sahabat yang ada di Madinah untuk mengadakan musyawarah.”
Musyawarah itu membicarakan rencana akan membuat Tarikh atau kalender Islam. Dalam musyawarah muncul bermacam-macam perbedaan pendapat. Diantara pendapat tersebut, ada yang berpendapat sebaiknya tarikh Islam dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad Saw. ada pula yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi rasulullah. Pendapat berikutnya mengatakan, sebaiknya kalender Islam dimulai dari Rasulullah di-Isro Mi’roj-kan. Pendapat lainnya, sebaiknya kalender Islam dimulai dari wafatnya Nabi Muhammad Saw. Sayyidina Ali bin Abi Thalib saat itu berpendapat, sebaiknya kalender Islam dimulai dari tahun hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah atau pisahnya negeri syirik ke negeri mukmin. Pada waktu itu, Mekkah dinamakan negeri Syirik, bumi syirik.
Akhirnya musyawarah yang dipimpin khalifah Umar Bin Khaththab sepakat memilih awal yang dijadikan kalender Islam dimulai dari hijrahnya nya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Kemudian kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriyah.

Jadi, tahun Hijriyah baru dimulai ketika Umar bin Khaththab menjabat khalifah setelah 5 tahun. Sebelum itu, belum ada tahun Hijriyah. Tahun Hijriyah mulai diberlakukan bertepatan dengan tahun 640M. Setelah 5 tahun hijriyah berjalan, kemudian Umar Bin Khaththab wafat.

Dekat, Jauh, Besar, Berat dan Ringan

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (memberi teka-teki).

Imam Ghazali : Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 : ” Orang tua ”
Murid 2 : ” Guru ”
Murid 3 : ” Teman”
Murid 4 : ” Kaum kerabat ”
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar.
Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali : Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?
Murid 1 : ” Negeri Cina ”
Murid 2 : ” Bulan ”
Murid 3 : ” Matahari ”
Murid 4 : ” Bintang-bintang ”
Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Iman Ghazali : Apa yang paling besar di dunia ini?
Murid 1 : ” Gunung”
Murid 2 : ” Matahari ”
Murid 3 : ” Bumi ”
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.

IMAM GHAZALI : Apa yang paling berat di dunia ini?
Murid 1 : ” Baja ”
Murid 2 : ” Besi ”
Murid 3 : ” Gajah ”
Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.

Imam Ghazali : Apa yang paling ringan di dunia ini?
Murid 1 : ” Kapas”
Murid 2 : ” Angin ”
Murid 3 : ” Debu ”
Murid 4 : ” Daun-daun”
Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan sholat.

Imam Ghazali : Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?
Murid-Murid dengan serentak menjawab : ” Pedang!”
Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Berbagai Khasiat Daun Kemangi

KEMANGI (Sunda: surawung) tidak asing lagi bagi kita, sering kita jumpai di pasar tradisoinal ataupun dipajang di rak-rak pasar swalayan yang dijual dalam ikatan-katan kecil. Harganya bisa dibilang relatif murah, kita biasa membelinya sekadar untuk lalap atau sebagai bumbu aromatik dalam masakan.

Kemangi merupakan anggota famili lamiaceae yang berarti kelompok tanaman dengan bunga berbibir. Nama genus kemangi adalah ocimum yang berarti tanaman beraroma. Aroma khas tersebut muncul dari daunnya. Kemangi berkerabat dekat dengan tanaman selasih (ocimun sancium), daun mint (mentha arvensis), dan daun bangun-bangun alias daun jinten (coleus amboinicus). Daun mint di Sunda dikenal dengan karesmen, lazim dilalap mentah. Kerabat yang paling dekat dengan kemangi adalah basil (ocimun amboinicus).

Di Jakarta, basil segar hanya dijual di pasar swalayan yang dikemas dalam wadah tabung kecil. Daun basil banyak digunakan sebagai bumbu aromatik untuk campuran masakan Italia, seperti saus sphagetti atau saus pizza. Tanaman basil inilah yang kemudian menurunkan bermacam-macam varietas kemangi.

Kemangi yang ada di Indonesia bernama botani ocimum basillicum. Karena tumbuhnya menyemak, kemangi dikelompokkan dalam kelompok basil semak (bush basil).

Di Jakarta, kemangi lazim digunakan dalam sajian khas Betawi, seperti laksa ataupun nasi ulam. Di Jawa Barat, kemangi alias surawung digunakan dalam beragam masakan Sunda yang lezat seperti ulukutek oncom leunca (tumis leunca), pais lauk (pepes ikan), laksa bogor ataupun karedok. Sementara di daerah Jawa Timur, daun kemangi disajikan dengan nasi krawu, botok, trancam (urap), pencek tempe ataupun ikan bumbu pesmol yang rasanya kurang pas dan juga kurang nikmat tanpa daun kemangi. Dalam khazanah masakan khas Menado — seperti bubur gurih komplet — dibubuhi kemangi sebagai pelengkap sajian.

Di India dan sebagian wilayah di Afrika, seduhan ”teh kemangi” lazim disajikan menggantikan seduhan daun teh asli. Minuman tersebut biasanya disajikan pada saat pergantian musim, yaitu ketika orang mudah terserang batuk, pilek, ataupun demam.

Berbeda dengan di Eropa, di sana kemangi disuling dan diambil minyak atsirinya. Minyak atsiri kemangi banyak digunakan sebagai bahan campuran pembuatan obat ataupun untuk perawatan tubuh seperti sabun mandi, biang parfum, body lotion, minyak gosok, permen pelega tenggorokan, dan juga minyak aroma terapi.

Menurut ”Daftar Komposisi Bahan Makanan” Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, kemangi termasuk sayuran kaya provitamin A. Setiap 100 g daun kemangi terkandung 5.000 SI vitamin A. Kelebihan lainnya, kemangi termasuk sayuran yang banyak mengandung mineral kalsium dan fosfor, yaitu sebanyak 45 dan 75 mg per 100 g daun kemangi.

**

BANGSA kita telah lama mengenal kemangi sebagai makanan fungsional yang lezat sekaligus berkhasiat obat. Secara turun-temurun, kemangi dimanfaatkan untuk mengatasi perut kembung atau masuk angin. Apabila bayi dan balita Anda menderita kembung atau demam, oleskan saja remasan kemangi bersama bawang merah dan minyak kelapa pada bagian perut, dada, dan punggung (karena bayi belum bisa makan).

Apabila kita menghadapi masalah-masalah dengan bau badan, bau mulut, atau ASI macet, dapat diatasi dengan membiasakan diri mengonsumsi lalap kemangi segar. Cara lainnya, minum air perasan daun kemangi yang telah dihaluskan bersama daun beluntas dan daun kunyit. Dalam buku ”A Dictionary of Practical Material Medical”, John Henry M. menyebutkan, sari daun kemangi berkhasiat menyembuhkan diare, nyeri payudara, batu ginjal, gangguan pada vagina, dan juga dapat mengatasi albuminaria, yaitu adanya konsentrasi albumin di dalam urin.

Menurut tim peneliti dari Center for New Crops and Plant Products, Purdue University, AS, daun kemangi terbukti ampuh untuk menyembuhkan sakit kepala, pilek, diare, sembelit, cacingan, dan gangguan ginjal. Mereka pun mengemukakan keampuhan pengobatan menggunakan daun kemangi, yaitu dapat mengatasi sakit maag, perut kembung, masuk angin, kejang-kejang, dan badan lesu. Selain itu, aroma kemangi dapat menolak gigitan nyamuk.

Sejak zaman dahulu, kemangi disuling untuk diambil sari minyak atsirinya. John Henry menggolongkan minyak kemangi sebagai minyak atsiri tinggi. Artinya, aroma kemangi segera hilang setelah 24 jam dioleskan ke tubuh. Sebagai perbandingan, minyak atsiri katagori sedang, akan hilang aromanya setelah 3 hari dioleskan, sedangkan minyak atsiri katagori rendah, aromanya hilang setelah seminggu.

Minyak atsiri kemangi dapat digunakan untuk pijat aroma terapi karena minyak atsiri kemangi dapat meringankan dan menyegarkan tubuh. Namun, wanita hamil dilarang menggunakannya karena dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya keguguran.

Selain itu, minyak kemangi berkhasiat mengatasi gangguan pencernaan seperti salah cerna, muntah-muntah, infeksi usus, radang lambung, serta gas dalam usus. Juga, gangguan kepala (seperti sakit telinga, demam, sakit saluran hidung, migrain), gangguan otot (kejang-kejang atau kram), dan gangguan saraf (kecemasan, depresi, histeria, lemah saraf, insomia).

Bagi pria, kemangi ada juga manfaatnya. Senyawa 1-8 sineol dalam kemangi dapat mengatasi masalah ejakulasi prematur. Apigenin fenkhona dan eugenol-nya dapat memudahkan terjadinya ereksi. Sementara zat arginin yang terkandung dalam kemangi bisa memperkuat daya hidup sperma dan mencegah kemandulan.

Sementara bagi wanita, kemangi termasuk makanan sehat yang sangat bermanfaat. Kemangi kaya senyawa anetol dan boron yang merangsang hormon estrogen, sedangkan senyawa eugenolnya dapat membunuh jamur penyebab keputihan. Zat stigmaasterol dalam kemangi merangsang pematangan sel telur (ovulasi), tannin, dan sengnya mengurangi sekresi cairan vagina. Zat triptofan bisa menunda monopause. Kemangi memang bukan sayuran biasa, jadi jangan remehkan kemangi. (Sisca Dharmayanti-Harian Pikiran Rakyat)***

Hari Asyura

Muharram adalah bulan yang istimewa, menyimpan banyak makna yang patut ditafakkuri dan ditadabburi. Muharram tidak saja menandai awal tahun menurut penanggalan Islam, namun di dalamnya juga tersimpan hari mulia "Asyura" yang mencatat sejarah penting dan senantiasa dikenang dan diperingati oleh umat beragama samawi. Hari Asyura dikenang sebagai hari saat Allah menyelamatkan Nabi Nuh a.s. dari bencana banjir dan menenggelamkan musuh-musuh-Nya. Asyura juga dikenang sebagai hari Allah menyelamatkan Musa a.s. dari kejaran Fir'aun dan tentaranya. Itulah sebabnya umat Yahudi dan umat Nasrani mengagungkan hari ini. Nabi Nuh dan Musa diriwayatkan melakukan puasa pada hari ini sebagai ekpresi syukur kepada Allah atas kemenangan yang diberikan kepadanya. Umat Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura dan menjadikannya sebagai hari raya. Konon kaum Quraish di masa jahiliyah juga melakukan puasa pada hari Asyura dan mereka menjadikannya hari keramat. Pada hari itu mereka menjalankan tradisi mengganti kiswah Ka'bah. Ketika Rasulullah berhijrah, beliau mendapati penduduk kota Madinah melakukan puasa pada hari Asyura. Seorang Yahudi mengatakan kepada Rasulullah bahwa Asyura adalah hari agung dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari ancaman musuhnya, sehingga Musa berpuasa pada hari itu, Rasulullah pun menjawab "Aku lebih berhak atas Musa dari kalian"(Sahihain), lalu beliau berpuasa dan memerintahkan umatnya berpuasa. Pada masa awal Islam, puasa Asyura adalah wajib bagi setiap muslim hingga turun ayat yang mewajibkan puasa bulan Ramadhan. Di mata Rasulullah s.a.w. hari Asyura begitu istimewa, beliau senantiasa melaksanakan puasa pada hari ini dan memerintahkan umatnya berpuasa demi rasa solidaritasnya kepada saudara seperjuangannya Nuh dan Musa a.s., bahkan pada tahun terakhir kehidupan Rasulullah beliau bersabda "Insya Allah tahun depan saya juga akan berpuasa" (Ashab Sunan) namun ajal telah menjemput beliau sebelum sempat menyempurnakan tahun itu. Asyura bagi umat Islam juga menampilkan kilas balik tragedi Karbala yang telah merenggut kedua cucu tercinta Rasulullah s.a.w, Hasan r.a. dan Husain r.a.. Lebih dari itu Karbala adalah tragedi yang menyadarkan kita betapa anarkisme, kekerasan dan tindakan tidak berperikemanusiaan telah menjadi noktah hitam sejarah umat Islam yang tidak akan pernah layak untuk terulang kembali. Masyarakat kita juga banyak menjalankan beberapa tradisi beragam berkaitan dengan hari Asyura. Ini menandakan betapa mengakarnya hari Asyura dalam tradisi dan budaya sebagian masyarakat kita. Di atas makna dan peristiwa yang terjadi bersamaan dengan hari Asyura ini, kita disunnahkan untuk mendirikan ritual puasa. Ada yang mengatakan puasa dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram karena keduanya pernah dilakukan Rasulullah dan sahabatnya. Namun ada yang mengatakan bahwa Asyura hanya tanggal 10 Muharram. Puasa yang kita lakukan, tentunya mempunyai kandungan makna yang cukup mendalam dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena menanamkan kepada kita nilai-nilai pengorbanan, perjuangan, solidaritas antar umat beragama, tenggang rasa dan yang terpenting semangat anti kekerasan dan anti anarkisme dalam setiap langkah upaya dan perjuangan kita. Semoga puasa Asyura kita diterima Allah dan mampu mencerminkan makna yang terkandung di dalamnya.

Tahun Baru Hijriyah

Mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.

Baru saja kita memasuki bulan Muharram, bulan yang mengawali tahun baru hijriyah kita untuk tahun 1428 H. Bulan yang tiba-tiba menghentak batin kita untuk segera mengenang peristiwa besar dalam sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah. Setiap awal tahun hijriyah seperti ini kita seharusnya sebagai umat Islam segera membangun semangat baru untuk meningkatkan ketakwaan dalam diri kita. Meningkatkan ketaatan kepada Allah. Dan kita segera mengucapkan pada hari-hari yang telah lewat dari tahun 1427 H. : " Selamat jalan! Selamat menjadi teguran sejarah atas segala kekurangan dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah menyebabkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap hidup kami di dunia maupun di akhirat ".

Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepada-Nya, bahkan kita sering mengaktualisasikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.

Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaran-Nya dengan menyaksikan keteraturan dan kerapian ciptaan-Nya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepada-Nya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya.

Dalam menjalani shalat misalnya, Allah menegaskan dalam Al Qur'an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarkan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa'dah dan Dzulhijjah.

Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah Saw. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.

Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijakan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: "Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permulaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.